Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

KELAHIRAN FORCEPS


Ilmu Keperawatan Maternitas

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Forceps mempunyai berbagai macam ukuran dan bentuk, tetapi pada dasarnya terdiri dari 2 tangkai forceps yang saling menyilang dan bisa dimasukkan sati persatu kedalam vagina. Tiap tangkai forceps dapat diputar dalam posisi yang sesuai dengan kepala bayi dan kemudian dikunci. Pada dasarnya tiap tangkai forceps mempunyai 4 komponen. Komponen tersebut adalah daun, leher, kunci, dan gagang. Tiapdaun mempunyai dua lengkungan, yakni lengkung sefalik (lengkung kepala) dan lengkung pelvik (lengkung panggul). Lengkung kepala sesuai dengan bentuk kepala bayi, sedangkan lengkung panggul sesuai dengan bentuk kepala bayi, sedangkan lengkung panggul sesuai dengan jalan lahir. Daun forceps berbentuk oval sampai bulat panjang dan ada beberapa variasi lain yang lebih fleksibel agar dapat memegang kepala bayi dengan lebih kuat.
Lengkung kepala harus cukup besar untuk memegang kepala bayi dengan kuat tanpa menimbulkan kompresi, namun tidak terlalu besar agar alat tersebut tidak meleset. Lengkung panggul kurang lebih sesuai dengan sumbu jalan lahir, tetapi diantara berbagai alat forceps harus terdapat variasi yang luas. Daun forceps dihubungkan dengan bagian gagang melalui leher dengan panjang yang mengikuti kebutuhan alat tersebut.
Macam persendian atau kunci forceps bervariasi menurut macam alat. Cara penguncian yang umum terdiri dari sebuah ceruk yang terletak dileher forceps pada sambungannya dengan bagian gagang, dan ceruk ini pas dengan ceruk serupa yang terletak pada leher tangkai forceps lainnya. Bentuk penguncian semacam ini umumnya disebut kunci inggris. Kunci geser digunakan pada beberapa jenis forceps, misalnya forceps Kielland dan forceps Barton, dimana sebuah penampung bentuk U tunggal terpasang ditengah pada leher tangkai forceps kiri untuk menerima leher tangkai forceps kanan. Kunci geser memudahkan leher untuk bergerak maju mundur secara bebas. Bagian-bagian kunci forceps dengan tife yang cukup berbeda, yaitu kunci Perancis, terdiri dari sebuah mata mur baut. Setelah tiap tangkai mata baut dan mata baut dikencangkan untuk mengunci secara kuat kedua tangkai forceps tersebut menjadi satu.
B.       Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
a.       Untuk memenuhi serta mengetahui dan memahami pengertian ekstraksi forceps, tujuan, jenis tindakan, indikasi, dan kontra indikasi forceps
b.      Untuk memenuhi dan memahami syarat-syarat untuk tindakan ekstraksi forceps, komplikasi, dan persiapan dalam ekstraksi forceps.
c.       Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada kelahiran forceps.
  BAB II
PEMBAHASAN

A.      Definisi
Forceps digunakan untuk menolong persalinan bayi dengan presentasi verteks, dapat digolongkan sebagai berikut, menurut tingkatan dan posisi kepala bayi pada jalan lahir pada saat daun forceps dipasang.
Ekstraksi forceps adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya. (Hanifa W,1991: 88)
Cunam atau forceps adalah suatu alat obstetrik terbuat dari logam yang digunakan untuk melahirkan anak dengan tarikan kepala.(Phantom,______:178)
Ekstraksi cunam adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian bawah janin (kepala) dengan alat cunam. ( Bari Abdul, 2001: 501)
Ektraksi porceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala) dengan alat porceps. Tindakan ini dilakukan karena ibu tidak dapat mengedan efektif untuk melahirkan janin. Walaupun sebagian besar proses pengeluaran dihasilkan dari ekstraksi porceps tetapi bukan berarti kekuatan menjadi tumpuan keberhasilan.
Cunam ialah suatu alat kebidanan untuk melahirkan janin dengan tarikan pada kepalanya; disamping itu alat tersebut dapat digunakan untuk menyelenggarakan putaran kepala janin. Cunam dipakai untuk membantu atau mengganti HIS, akan tetapi sekali-kali tidak boleh digunakan untuk memaksa kepala janin melewati rintangan dalam jalan lahir yang tidak dapat diatasi oleh kekuatan HIS yang normal. Jika prinsip pokok ini tidak diindahkan, maka ekstraksi cunam mengakibatkan luka pada ibu dan terutama pada anak.
(Menurut sumber dari buku Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 20
Sendok kanan / forces kanan adalah cunam yang dipegang di tangan kanan penolong dan dipasang di sebelah kanan ibu
Sendok kiri / forceps kiri adalah cunam yang dipegang di tangan kiri penolong dan dipasang di sebelah kiri ibu.
o   Daun cunam: bagian yang dipasang di kepala janin saat melakukan ekstraksi forceps. Terdiri dari dua lengkungan (curve) , yaitu lengkung kepala janin (cephalic curve) dan lengkung panggul (cervical curve).
o   Tangkai Cunam: adalah bagian yang terletak antara daun cunam dan kunci cunam
o   Kunci cunam: kunci cunam ada beberapa macam, ada yang interlocking, system sekrup, dan system sliding.
o   Pemegang cunam, bagian yang dipegang penolong saat melakukan ekstraksi.
B.       Tujuan dari Kegunaan Forceps
1.      Traksi : Yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan, yang disebabkan oleh karena satu dan lain hal.
2.      Koreksi : Yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil dikiri atau dikanan depan atau sekali-kali UUK melintang kiri dan kanan atau UUK kiri atau kanan belakang menjadi UUK depan (dibawah simfisis pubis).
3.      Kompresor : untuk menambah moulage kepala.
C.      Jenis Tindakan Forceps
Berdasarkan pada jauhnya turun kepala, dapat dibedakan  beberapa macam tindakan ekstraksi forceps, antara lain:

1.      Forceps rendah (low forceps = outlet forceps)
Tindakan forceps rendah (forceps pintu bawah panggul) adalah tindakan pemasangan forceps setelah kepala bayi mencapai dasar perineum, sutura sagitalis berada pada diameter anteroposterior dan kepala bayi tampak diintroitus vagina.
Dilakukan setelah kepala bayi mencapai H IV, kepala bayi mendorong perineum, forceps dilakukan dengan ringan disebut outlet forceps.
2.      Forceps tengah (mid forceps)
Tindakan forceps tengah (midforseps) adalah tindakan pemasangan porceps sebelum kriteria untuk porceps rendah dipenuhi, tetapi setelah engagement kepala bayi terjadi. Adanya engagement biasanya dapat dibuktikan secara klinis oleh penurunan bagian terendah kepala sampai atau dibawah spina iskiadika dan pintu atas panggul biasanya lebih besar dari pada ajarak dan pintu atas panggul biasanya lebih besar daripada jarak diameter biparietal dengan bagian kepala bayi yang paling bawah. (Menurut sumber dari buku Obstetri Williams)
Pada kedudukan kepala antara H II atau H III, salah satu bentuk forceps tengah adalah forceps percobaan untuk membuktikan disproporsi panggul dan kepala. Bila aplikasi dan tarikan forceps berat membuktikan terdapat disproporsi kepala panggul . Forceps percobaan dapat diganti dengan ekstraksi vaccum.
3.      Forceps tinggi (high forceps)
Dilakukan pada kedudukan kepala diantara H I atau H II, forceps tinggi sudah diganti dengan seksio cesaria. (Manuaba,1998: 348)
C.      Indikasi
Indikasi pertolongan ekstraksi forceps adalah
1.      Indikasi ibu
a.       Ruptura uteri mengancam, artinya lingkaran retraksi patologik band sudah setinggi 3 jari dibawah pusat, sedang kepala sudah turun sampai H III- H IV.
b.      Adanya oedema pada vagina atau vulva. Adanya oedema pada jalan lahir artinya partus sudah berlangsung lama.
c.       Adanya tanda-tanda infeksi, seperti suhu badan meninggi, lochia berbau.
d.      Eklamsi yang mengancam
e.       Indikasi pinard, yaitu kepala sudah di H IV,  pembukaan cervix lengkap, ketuban sudah pecah atau  2jam mengedan janin belum lahir juga
f.       Pada ibu-ibu yang tidak boleh mengedan lama, misal  Ibu dengan decompensasi kordis , ibu dengan Koch pulmonum berat, ibu dengan anemi berat (Hb 6 gr % atau kurang),  pre eklamsi berat,  ibu dengan asma broncial.
g.      Partus tidak maju-maju
h.      Ibu-ibu yang sudah kehabisan tenaga.
2.      Indikasi janin
a.       Gawat janin
Tanda-tanda gawat janin antara lain : Cortonen menjadi cepat takhikardi 160 kali per menit dan tidak teratur, DJJ menjadi lambat bradhikardi 160 kali per menit dan tidak teratur, adanya mekonium (pada janin letak kepala) Prolapsus funikulli, walaupun keadaan anak masih baik (Rustam Muchtar,1995: 84-85)
D.      Kontra Indikasi
Kontra indikasi dari ekstraksi forceps meliputi
a.       Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan keras lagi sehingga kepala sulit dipegang oleh forceps
b.      Anencephalus
c.       Adanya disproporsi cepalo pelvik
d.      Kepala masih tinggi
e.       Pembukaan belum lengkap
f.       Pasien bekas operasi vesiko vagina fistel
g.       Jika lingkaran kontraksi patologi  bandl sudah setinggi pusat atau lebih
(Muchtar Rustam, 1995: 85)
E.       Syarat Dalam Melakukan Ekstraksi Forceps
1.      Pembukaan lengkap
2.      Presentasi belakang kepala
3.      Panggul luas / tidak ada DKP
4.      Ketuban sudah pecah
5.      Kepala sudah engaged, sudah berada di dasar panggul
6.      Janin tunggal hidup
F.       Komplikasi
Komplikasi atau penyulit ekstraksi forceps adalah sebagai berikut
1.      Komplikasi langsung akibat aplikasi forceps dibagi menjadi
a.       Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dapat berupa:
o   Perdarahan yang dapat disebabkan karena atonia uteri, retensio plasenta serta trauma jalan lahir yang meliputi  ruptura uteri, ruptura cervix, robekan forniks, kolpoforeksis, robekan vagina, hematoma luas, robekan perineum.
o   Infeksi yang terjadi karena sudah terdapat sebelumnya, aplikasi alat menimbulkan infeksi, plasenta rest atau membran bersifat asing yang dapat memudahkan infeksi dan menyebabkan sub involusi uteri serta saat melakukan pemeriksaan dalam
b.      Komplikasi segera pada bayi
o  Asfiksia karena terlalu lama di dasar panggul sehingga  terjadi rangsangan pernafasan menyebabkan aspirasi lendir dan air ketuban. Dan jepitan langsung forceps yang menimbulkan perdarahan intra kranial, edema intra kranial, kerusakan pusat vital di medula oblongata atau trauma langsung jaringan  otak. Infeksi oleh karena infeksi pada ibu menjalar ke bayi
o  Trauma langsung forceps yaitu fraktura tulang kepala dislokasi sutura tulang kepala; kerusakan pusat vital di medula oblongata; trauma langsung pada mata, telinga dan hidung; trauma langsung pada persendian tulang leher; gangguan fleksus brachialis atau paralisis Erb, kerusakan saraf trigeminus dan fasialis serta hematoma pada daerah tertekan.
2.      Komplikasi kemudian atau terlambat
a.       Komplikasi pada ibu
o   Perdarahan yang disebabkan oleh plasenta rest, atonia uteri sekunder serta jahitan robekan jalan lahir yang terlepas.
o   Infeksi
o   Penyebaran infeksi makin luas
o   Trauma jalan lahir yaitu terjadinya fistula vesiko vaginal, terjadinya fistula rekto vaginal dan terjadinya fistula utero vaginal.
o   Komplikasi terlambat pada bayi dalam bentuk: Trauma ekstraksi forceps dapat menyebabkan cacat karena aplikasi forceps 
o   Infeksi yang berkembang menjadi sepsis yang dapat menyebabkan kematian serta encefalitis sampai meningitis.
o   Gangguan susunan saraf pusat
o   Trauma langsung pada saraf pusat dapat menimbulkan gangguan intelektual.
o   Gangguan pendengaran dan keseimbangan.
G.      Persiapan dalam Ekstraksi Forceps
1.      Persiapan Pasien dan Alat
a.       litotomi set,
b.      cunam,
c.       vulva dicukur,
d.      kandung kemih dikosongkan,
e.       infuse bila diperlukan,
f.       narkose,
g.      gunting episiotomy
h.      hecting set
a.       uterotonika..
b.      Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah.
c.       Medikamentosa: Oksitosin, ergometrin., prokain 1%.
d.      Larutan antiseptik (Providon iodin 10%)
e.       Oksigen dengan regulator.
f.       Instrumen Set Partus: 1 set Ekstraktor cunam: 1 set (Naegele), atau Kielland atau Boerma Klem ovum: 2 Cunam tampon: 1 Tabung 5 ml dan jarum suntik No.23 (sekali pakai):2 Spekulum Sim’s atau L dan kateter karet: 2 dan 1
2.      Persiapan untuk janin
a.       Kain bersih
b.      Alat resusitasi
a.       Penghisap lendir dan sudep/penekan lidah: 1 set
b.      Kain penyeka muka dan badan:2
c.       Meja bersih, kering dan hangat (untuk tindakan):1
d.      Inkubator
e.       Pemotong dan pengikat tali pusat: 1 set
f.       Semprit 10 ml dan jarum suntik No.23 (sekali pakai): 2
g.      Kateter intravena atau jarum kupu-kupu: 2
h.      Popok dan selimut: 1
i.        Medikamentosa: Larutan Bikarbonas Natrikus 7,5% atau 8,4%, Antibiotika.
j.        Akuabidestilata dan Dekstrose 10%.
3.      Persiapan Penolong
a.       Alat pelindung diri
b.      Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata pelindung: 3 set.
c.       Sarung tangan DTT/steril: 4 pasang.
d.      Alas kaki (sepatu/”boot” karet): 3 pasang.
e.       Instrumen. Lampu sorot, Monoaural stetoskop dan stetoskop, tensimeter: 1.
4.      Prosedur/ Langkah Dalam Melakukan Forceps:
a.       Membayangkan forceps sebelum dipasang
b.      Memasang forceps
c.       Mengunci forceps
d.      Memeriksa kembali pemasangan
e.       Traksi percobaan
f.       Traksi definitive
g.      Melepaskan cunam
Contoh kasus: Seorang pasien , primigravida, dengan PEB pembukaan lengkap dengan UUK kanan depan, dengan penurunan HIII+
Ad.1. Membayangkan
Setelah persiapan selesai, penolong berdiri di depan vulva , memegang kedua cunam dalam keadaan tertutup dan membayangkan bagaimana cunam terpasang pada kepala


Ad.2. Memasang forceps
Pada pasien ini UUK janin adalah UUK kanan depan, jadi forceps yang dipasang adalah forceps kiri terlebih dahulu, yaitu forceps yang dipegang tangan kiri penolong dan dipasang di sisi kiri ibu.
Forceps kiri dipegang dengan cara seperti memegang pensil , dengan tangkai forceps sejajar dengan paha kanan ibu, sambil empat jari tangan kanan penolong masuk ke dalam vagina. Forceps secara perlahan dipasang dengan bantuan ibu jari tangan kanan. Jadi bukan tangan kiri yang mendorong forceps masuk ke dalam vagina.
Setelah forceps kiri terpasang, asisten membantu memegang forceps kiri tersebut agar tidak berubah posisi. Dan penolong segera memasang forceps kanan, yaitu forceps yang dipegang oleh tangan kanan penolong, dan dipasang di sisi kanan ibu. Forceps kanan dipegang seperti memegang pensil, dengan tangkai forceps sejajar dengan paha kiri ibu, sambil empat jari tangan kiri penolong masuk ke dalam vagina. Forceps dipasang dengan tuntunan ibu jari tangan kiri penolong. Setelah forceps terpasang , dilakukan penguncian


Ad.3. Penguncian Forceps
Penguncian dilakukan setelah forceps terpasang. Bila penguncian sulit dilakukan, jangan dipaksa, tapi periksa kembali apakah pemasangan telah benar, dan dicoba pemasangan ulang. Apabila forceps kir yang dipasang duluan, maka penguncian dilakukan secara langsung, dan bila forceps kanan yang dipasang duluan , maka forceps dikunci secara tidak langsung.

Ad.4. Pemeriksaan Ulang
Setelah forceps terpasang dan terkunci, dilakukan pemeriksaan ulang, apakah forceps telah terpasang dengan benar, dan tidak ada jalan lahir / jaringan yang terjepit
Ad.5. Traksi Percobaan
Setelah yakin tidak ada jaringan yang terjepit, maka dilakukan traksi percobaan. Penolong memegang pemegang forceps dengan kedua tangan , sambil jari telunjuk dan tengah tangan kiri menyentuh kepala janin, lalu dilakukan tarikan. Apabila jari telunjuk dan tengan tangan kiri tidak menjauh dari kepala janin, berarti forceps terpasang dengan baik, dan dapat segera dilakukan traksi definitive. Apabila jari telunjuk dan tengah tangan kiri menjauh dari kepala janin, berarti forceps tidak terpasang dengan baik, dan harus dilakukan pemasangan ulang.
Ad.6. Traksi defrinitif
Traksi definitive dilakukan dengan cara memegang kedua pemegang forceps dan penolong melakukan traksi. Traksi dilakukan hanya menggunakan otot lengan. Arah tarikan dilakukan sesuai dengan bentuk panggul. Pertama dilakukan tarikan cunam ke bawah, sampai terlihat occiput sebagai hipomoklion, lalu tangan kiri segera menahan perineum saat kepala meregang perineum. Kemudian dilakukan traksi ke atas hanya dengan menggunakan tangan kanan sambil tangan kiri menahan perineum. Kemudian lahirlah dahir, mata, hidung, mulut bayi.


Ad.7. Melepaskan cunam
Setelah kepala bayi lahir, maka cunam dilepaskan dan janin dilahirkan seperti persalinan biasa.






















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELAHIRAN
EKSTRAKSI FORCEPS


A.    Diagnosa Keperawatan
a.       Gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan penurunan suplai O2 plasenta sekunder akibat kontraksi uterus.
b.      Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
c.       Kelelahan  berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energy akibat peningkatan metabolisme sekunder akibat nyeri selama persalinan
d.      Kurang pengetahuan tentang proses persalinan berhubungan dengan kurangnya informasi yang dimiliki ibu
e.       Cemas b.d krisis situasional akibat proses persalinan
f.       Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan robekan jalan lahir, luka
g.      Kekurangan volume cairan b/d kelelahan / kegagalan miometri dari mekanisme homeostatik, resiko tinggi perdarahan (hipovolemia)
h.      Perubahan eliminasi urine b/d perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih.
B.       Intervensi dan Rasional
1.      Gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan penurunan suplai O2 plasenta sekunder akibat kontraksi uterus.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan  tidak terjadi fetal distress dengan KE : DJJ 120-160x/menit
 Intervensi:
o   Kaji DJJ tiap 30 menit
Rasional: untuk mengetahui DJJ sehingga dapat dilakukan tindakan dengan segera apabila terjadi peningkatan atau perlambatan.
o   Sarankan ibu untuk tidak berbaring telentang lebih dari 10 menit
Rasional: jika terlentang maka berat janin, uterus, air ketuban akan menekan vena cava inferior, hal ini dapat mengakibatkan turunnya sirkulasi darah dari ibu ke plasenta
o   Catat kemajuan persalinan
Rasional: persalinan lama/disfungsional dengan perpanjangan fase laten dapat menimbulkan masalah kelelahan ibu, stres berat, infeksi dan hemoragi karena atonia/ruptur uterus
o   Catat DJJ bila ketuban pecah,  periksa lagi 5 menit kemudian dan observasi perineum terhadap prolaps tali pusat
Rasional: perubahan pada tekanan cairan amniotik dengan ruptur dan prolaps tali pusat dapat menurunkan transfer oksigen ke janin
o   Kolaborasi pemberian oksigen
Rasional:meningkatkan oksigen ibu yang tersedia untuk ambilan fetal
2.      Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu mampu mengendalikan nyerinya dengan kriteria evaluasi ibu menyatakan menerima rasa nyerinya sebagai proses fisiologis persalinan
 Intervensi:
o   Kaji kontraksi uterus dan ketidaknyamanan (awitan, frekuensi, durasi, intensitas, dan gambaran ketidaknyamanan)
Rasional: untuk mengetahui kemajuan persalinan dan ketidaknyamanan yang dirasakan ibu
o   Kaji tentang metode pereda nyeri yang diketahui  dan dialami
Rasional: nyeri persalinan bersifat unik dan berbeda – beda tiap individu. Respon terhadap nyeri sangat tergantung budaya, pengalaman terdahulu dan serta dukungan emosional termasuk orang yang diinginkan (Henderson, 2006)
o   Kaji faktor yang dapat menurunkan toleransi terhadap nyeri
Rasional: mengidentifikasi jalan keluar yang harus dilakukan
o   Kurangi dan hilangkan faktor yang meningkatkan nyeri
Rasional: tidak menambah nyeri klien
o   Jelaskan metode pereda nyeri yang ada seperti relaksasi, massage, pola pernafasan, pemberian posisi, obat – obatan
Rasional: memungkinkan lebih banyak alternative yang dimiliki oleh ibu, oleh karena dukungan kepada ibu untuk mengendalikan rasa nyerinya (Rajan dalam Henderson, 2006)
o   Dorong ibu untuk mencoba beberapa metode
Rasional: dengan beberapa metode diharapkan ibu dapat mengendalikan rasa nyerinya
o   Lakukan perubahan posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi ingin di tempat tidur anjurkan untuk miring ke kiri
Rasional: nyeri persalinan bersifat sangat individual sehingga posisi nyaman tiap individu akan berbeda, miring kiri dianjurkan karena memaksimalkan curah jantung ibu.
o   Beberapa teknik pengendalian nyeri :
Relaksasi: Bertujuan untuk meminimalkan aktivitas simpatis pada system otonom sehingga ibu dapat memecah siklus ketegangan-ansietas-nyeri. Tindakan dapat dilakukan dengan menghitung terbalik, bernyanyi, bercerita, sentuhan terapeutik, akupresur, hipnoterapi, imajinasi terbimbing, dan terapi music.
Massage: Massage yang lebih mudah diingat dan menarik perhatian adalah yang dilakukan orang lain. Tindakan massage diduga untuk menutup “gerbang” guna mencegah diterimanya stimulus nyeri, sentuhan terapeutik akan meningkatkan pengendalian nyeri (Glick, 1993). Dianjurkan massage selama persalinan bersifat terus menerus.
3.      Kelelahan  berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energy akibat peningkatan metabolisme sekunder akibat nyeri selama persalinan
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu tidak mengalami keletihan dengan kriteria evaluasi: nadi:60-80x/menit(saat tidak ada his), ibu menyatakan masih memiliki cukup tenaga
Intervensi:
o   Kaji tanda – tanda vital yaitu nadi dan tekanan darah
Rasional: nadi dan tekanan darah dapat menjadi indicator terhadap  status hidrasi dan energy ibu.
o   Anjurkan untuk relaksasi dan istirahat di antara kontraksi
Rasional: mengurangi bertambahnya keletihan dan menghemat energy yang dibutuhkan untuk persalinan
o   Sarankan suami atau keluarga untuk mendampingi ibu
Rasional: dukungan emosional khususnya dari orang – orang yang berarti bagi ibu dapat memberikan kekuatan dan motivasi bagi ibu
o   Sarankan keluarga untuk menawarkan dan memberikan minuman atau makanan kepada ibu
Rasional: makanan dan asupan cairan yang cukup akan memberi lebih banyak energy dan mencegah dehidrasi yang memperlambat kontraksi atau kontraksi tidak teratur.
4.      Kurang pengetahuan tentang proses persalinan berhubungan dengan kurangnya informasi yang dimiliki ibu
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapakan ibu dapat memahami proses persalinan dengan kriteria evaluasi : ibu  menyatakan dapat menerima penjelasan perawat, ibu kooperatif
Intervensi :
o   Kaji pengetahuan yang telah dimiliki ibu serta kesiapan ibu menerima informasi
Rasional: untuk mengefektifkan penjelasan yang akan diberikan
o   Menjelaskan tentang proses persalinan serta apa yang mesti dilakukan oleh ibu
Rasional: untuk memberikan informasi kepada ibu dengan harapan terjadi perubahan tingkat pengetahuan dan psikomotor dari ibu sehingga ibu kooperatif
o   Menjelaskan tentang kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi  serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil pemeriksaan
Rasional: memberikan gambaran pada ibu tentang persalinan yang sedang dijalani, mengurangi cemas dengan harapan keadaan psikologis ibu tenang yang dapat mempengaruhi intensitas his
o   Memberi pujian atas sikap kooperatif ibu
Rasional: pujian dapat meningkatkan harga diri serta dapat menjadi motivasi untuk melakukannya lagi
5.      Cemas b.d krisis situasional akibat proses persalinan
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kecemasan berkurang dengan kriteria evaluasi : tampak rileks, ibu kooperatif dalam teknik relaksasi dan napas dalam, ibu melaporkan cemas berkurang, TD stabil.
Intervensi:
o   Berikan informasi tentang perubahan psikologis dan fisiologis pada persalinan sesuai kebutuhan
Rasional: pendidikan dapat menurunkan stres dan ansietas dan meningkatkan kemajuan persalinan
o   Kaji tingkat dan penyebab ansietas, kesiapan untuk melahirkan anak, latar belakang budaya dan peran orang terdekat
Rasional: memberikan informasi dasar, ansietas memperberat persepsi nyeri, mempengaruhi penggunaan teknik koping dan menstimulasi pelepasan aldosteron yang dapat meningkatkan resospsi natrium dan air
o   Pantau TTV sesuai indikasi
Rasional: stres mengaktifkan sistem adrenokortikal hipofisis-hipotalamik, yang meningkatkan retensi dan resorpsi natrium dan air dan meningkatkan eksresi kalium. Resorpsi natrium dan air dapat memperberat perkembangan toksemia intapartal/hipertensi, kehilangan kalium dapat memperberat penurunan aktivitas miometrik.
o   Pantau pola kontraksi uterus, laporkan disfungsi persalinan
Rasional: pola kontraksi hipertonik atau hipotonik dapat terjadi bila stres menetap dan memperpanjang pelepasan katekolamin
o   Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan, masalah dan rasa takut
Rasional: stres, rasa takut dan ansietas mempunyai efek yang dalam pada proses persalinan, sering memperlama fase pertama  karena penggunaan cadangan glukosa ; menyebabkan kelebihan epinefrin yang dilepaskan dari stimulasi adrenal, yang menghambat aktivitas miometrial ; dan meningkatkan kadar norepinefrin yang cendrung meningkatkan aktivitas uterus.
o   Demonstrasikan metode persalinan dan relaksasi, berikan tindakan kenyamanan
Rasional: menurunkan stresor yang dapat memperberat ansietas; memberikan strategi koping
6.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan robekan jalan lahir, luka
Tujuan: menunjukkan luka bebas dari drainase purulen. Bebas dari infeksi, tidak pebris dan mempunyai aliran lokhial kateter normal
 Intervensi :
o   Kaji catatan prenatal dan intrapartal, perhatikan frekuensi  pemeriksaan vagina dan komplikasi seperti persalinan lama yang menggunakan alat mekanis.
Rasional : membantu mengidentifikasi factor-faktor resiko yang dapat mengganggu kebutuhan dan kemunduran pertumbuhan epitel jaringan endometrium dan memberi kecenderungan klien terkena infeksi.
o   Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi, catat adanya menggigi, anoreksia dan malaise
Rasional : peningkatan suhu tubuh sampai 38,3 0c dalam 24 jam pertama menandakan adanya infeksi.
o   Kaji lokasi dan kontraktifitas uterus, perhatikan perubahan involusional atau adanya nyeri tekan uterus ekstrem
Rasional : fundus yang awalnya 2 cm dibawah umbilicus meningkat 1-2 cm/hari, kegagalan miometrium untuk involusi pada kecepatan ini atau terjadinya nyeri tekan ekstrem menandakan kemungkinan tahanan jaringan plasenta/infeksi
o   Catat jumlah dan bau rabas lokheal atau perubahan pada kamajuan    normal dari rubra menjadi serosa
Rasional : lokia secara normal mempunyai bau amis namun pada endometasis akan berbau busuk, mungkin gagal menujukkan kemajuan normal dari rubru ke serosa sampai ke alba
o   Infeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam, perhatikan adanya nyeri tekan berlebihan, kemerahan, eksudat purulen, edema, atau adanya laserasi.
Rasional : diagnosa dini dari infeksi local dapat mencegah penyebaran pada jaringan uterus
o   Kaji tanda-tanda ISK atau sistitis
Rasional : gejala ISK nampak pada hari kedua sampai dengan ketiga postpartum karena naiknya infeksi ke traktus uretra, kekandung kemih dan kemungkinan ke ginjal
o   Berikan antibiotic spectrum luas, sampai laporan kultur / sensitifitas dikembalikan kemudian ubah terapi sesuai indikasi      
Rasional : mencegah infeksi dari penyebaran ke jaringan sekitar atau aliran darah. Pilihan antibiotic tergantung pada sensitifitas organisme penginfeksi.
7.      Kekurangan volume cairan b/d kelelahan / kegagalan miometri dari mekanisme homeostatik, resiko tinggi perdarahan (hipovolemia)
Tujuan : Setelah diberikan askep diharapkan tidak terjadi kekurangan volume cairan
Intervensi :
o   Tempatkan pasien pada posisi rekumben
Rasional : Mengoptimalkan aliran darah serebral dan memudahkan pematauan fundus dan aliran vaginal
o   Kaji jenis persalinan dan anastesia, kehilangan darah pada persalinan dan lama persalinan tahap II
Rasional : Kaji manipulasi uterus atau masalah-masalah dengan pelepasan plasenta dapat menimbulkan kehilangan darah
o   Catat lokasi dan konsistensi fundus setiap 15 menit
Rasional : Aktivitas miometri uterus menimbulkan hemostasis dengan menekan pembuluh darah endometrial. Fundus harus keras dan terletak di umbilikus. Perubahan posisi dapat menandakan kandung kemih penuh, tertahannya bekuan darah atau relaksasi uterus
o   Observasi jumlah, warna darah yang keluar dari uterus setiap 15 menit
Rasional : Membantu mengidentifikasi laserasi yang potensial terjadi pada vagina dan servik yang dapat mengakibatkan aliran berlebihan dan merah terang. Atonia uteri dapat meningkatkan aliran lokhea.
o   Kaji penyebab perdaraha
Rasional : Untuk dapat melakukan intervensi, apakah perlu histerektomi karena ruptur uteri, apakah perlu oksitosin dan sebagainya.
o   Kaji TTV (nadi, TD) setiap 15 menit
Rasional : Perpindahan cairan dan darah ke dasar vena, penurunan sedang diastolik dan sistolik TD dan takikardia dapat terjadi. Perubahan yang lebih nyata dapat terjadi pada respon terhadap magnesium sulfat, atau syok atau ditingkatkan dalam respon terhadap oksitosin. Bradikardia dapat terjadi secara normal pada respon terhadap peningkatan curah jantung dan peningkatan isi sekuncup dan hipersensitif vagal setelah kelahiran. Takikardia lanjut dapat disertai syok.
o   Kaji intake dan output cairan
Rasional : Untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk dan keluar, dan untuk menentukan jumlah cairan yang harus diberikan, bila perdarahan berlebihan
o   Beri pasien cairan dan elektrolit peroral jika memungkinkan
Rasional : Untuk mengganti cairan intravaskuler yang hilang karena perdarahan
Kolaborasi :
o   Periksa Hb, Ht pada pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan segera
Rasional : membantu memperkirakan jumlah kehilangan darah
o   Pasang infus IV larutan isotonik
Rasional : meningkatkan volume darah dan menyediakan vena terbuka untuk pemberian obat-obatan darurat
o   Berikan preparat oksitosin atau preparat ergometrin, tingkatkan kecepatan infus oksitosin intravena bila perdarahan uterus menetap
Rasional : merangsang kontraktilitas miometrium, menutup pembuluh darah yang terpajan pada sisi bekas plasenta dan menurunkan kehilangan darah
o   Cek jumlah trombosit, kadar fibrinogen, dan produk fibrin split, masa protrombin, dan masa tromboplastin
Rasional : perubahan dapat menunjukkan terjadinya kelainan koagulasi
o   Gantikan kehilangan cairan dengan plasma atau darah lengkap sesuai indikasi
Rasional : Penggantian cairan yang hilang diperlukan untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah syok
o   Bantu dalam persiapan dilatasi dan kuretase, laparotomi, evakuasi hematoma, perbaiki laserasi jalan lahir, histerektomi
Rasional : Bila perdarahan tidak berespon terhadap tindakan konservatif / pemberian oksitosin, pembedahan dapat diindikasikan
8.      Perubahan eliminasi urine b/d perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih.
Intervensi :
o   Palpasi diatas simpisis pubis
o   Catat dan bandingkan masukan dan haluaran
o   Anjurkan upaya berkemih, sedikitnya 1-2 jam
o   Posisikan klien tegak dan cucurkan air hangat diatas perineum
o   Ukur suhu dan nadi, kaji adanya peningkatan
o   Kaji kekeringan kulit dan membrane mukosa









































  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar