Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

HIPERTENSI


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas paling sering di seluruh dunia. Kelainan pembuluh darah ini dapat berdampak langsung ataupun tidak langsung terhadap sistem organ tubuh, termasuk mata. Retinopati hipertensi adalah kondisi retina dengan karakteristik terjadi perubahan vaskularisasi retina, perdarahan retina, eksudat, edema papila, dan edema retina (Mosby Medical Dictionary, 2009).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit system kardiovaskuler yang banyak dijumpai di masyarakat. Hipertensi bukanlah penyakit menular, namun harus senantiasa diwaspadai. Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan arteriosclerosis (pengerasan arteri) adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga menyebabkan gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha baik mencegah maupun mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, karena adanya factor-faktor penghambat seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi (pengertian, tanda dan gejala, sebab akibat, komplikasi) dan juga perawatannya. Saat ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia diperkirakan 972 juta jiwa atau setara dengan 26,4 persen populasi orang dewasa.  Angka prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan riskesdas (riset kesehatan dasar) 2007 mencapai 30 persen dari populasi. Dari jumlah itu, 60 persen penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Sementara di dunia Barat, hipertensi justru banyak menimbulkan gagal ginjal, oleh karena perlu di galakkan pada masyarakat mengenai pengobatan dan perawatan Hipertensi. Data survey dari Tim Kesehatan Pada tanggal 24 Januari 2005 jumlah pasien 5 rumah sakit di Kota Banda Aceh Menunjukkan Tingkat Penderita Hipertensi Mencapai 3%. Sisanya ISPA 30%, Gatal-gatal 25%, Nyeri lambung 12%, Kejiwaan 10%, Luka-luka 9%, Malaria 5%, Diare 3%, Radang paru-paru 1%, Sakit kepala 1%, Penyakit lain 1 %.
Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi menduduki peringkat pertama sebagai penyakit yang paling sering dijumpai (WHO, 2000). 
B.       Tujuan
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui dan memahami konsep medis dan konsep keperawatan dari penyakit hipertensi
BAB II
KONSEP MEDIS
A.      Defenisi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan hipertensi tidak menampakkan gejala. 
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).
Kedaruratan hipertensi terjadi apabila peningkatan tekanan darah harus diturunkan dalam 1 jam. Peningkatan tekanan darah akut yang mengancam jiwa ini memerlukan penanganan segera dalam perawatan intensif karena dapat menimbulkan kerusakan serius pada organ lain ditubuh.
Kedaruratan hipertensi terjadi pada penderita dengan hipertensi yang tidak terkontrol atau mereka yang tiba-tiba menghentikan pengobatan. Adanya gagal ventrikel kiri atau disfungsi otak menunjukkan kebutuhan akan perlunya menurunkan tekanan darah segera.
B.       Klasifikasi Hipertensi
a.       Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu :
Hipertensi primer (esensial) Adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup + 90% dari kasus hipertensi (Wibowo, 1999). Hipertensi sekunder Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut + 10% dari kasus-kasus hipertensi. (Sheps, 2005).
b.      Berdasarkan bentuk hipertensi,yaitu hipertensi diastolic,campuran,dan sistolik.
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi) yaitu peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik. Umumnya ditemukan pada usia lanjut. (Gunawan, 2001)
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “ (JNC – VI, 1997) sebagai berikut :
No
Kategori
Sistolik(mmHg)
Diastolik(mmHg)
1.
Optimal
<120
<80
2.
Normal
120 – 129
80 – 84
3.
High Normal
130 – 139
85 – 89
4.
Hipertensi
Grade 1 (ringan)
140 – 159
90 – 99
Grade 2 (sedang)
160 – 179
100 – 109
Grade 3 (berat)
180 – 209
100 – 119
Grade 4 (sangat berat)
>210
>120
C.      Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a.        Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na.
b.      Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan darah meningkat.
c.       Stress Lingkungan.
d.      Hilangnya Elastisitas jaringan dan arteresklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh darah.
e.       Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada : Elastisitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
f.       Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a.    Faktor keturunan: Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b.    Ciri perseorang:  Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat),  jenis kelamin (aki-laki lebih tinggi dari perempuan), ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
c.    Kebiasaan hidup: Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress, merokok, minum alkohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
a.       Ginjal: Glomerulonefritis, pielonefritis, Nekrosis tubular akut, tumor
b.      Vascular: Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis
c.       Kelainan endokrin: DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme
d.      Saraf: Stroke, Ensepalitis
e.       Obat -obatan: Kontrasepsi oral, Kortikosteroid
A.      Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Wijayakusuma,2000).
Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial,Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat,Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus,Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Wiryowidagdo,2002).
B.       Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
C.      Pemeriksaan Penunjang
a.       Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b.      Pemeriksaan retina
c.       Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung
d.      EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e.       Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f.       Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal     terpisah dan penentuan kadar urin.
g.      Foto dada dan CT scan.
D.      Penatalaksanaan
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan:
1.      Penatalaksanaan Non Farmakologis.
a.       Diet: Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b.      Aktivitas: Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,
bersepeda atau berenang.
2.      Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a.       Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b.      Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c.       Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d.      Tidak menimbulakn intoleransi
e.       Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f.       Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat-obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,
golongan penghambat konversi rennin angitensin.
Obat hipertensi menurunkan tekanan darah dengan beberpa cara:
a.       Membuat pembuluh menjadi besar atau lebar
b.      Menyempitkan saluran-saluran udara dengan menstimulasi otot-otot yang mengelilingi saluran udara untuk berkontraksi
c.       Mengurangi kekuatan dari aksi memompa jantung (kontraksi jantung) dan mengendurkan sel otot pada dinding dari arteri.
Obat pilihan pada kedaruratan hipertensi adalah yang memiliki efek segera. Nitroprusid dan labetalol hidroklorida intravena memiliki efek vasodilatasi segera dengan waktu yang pendek, sehingga banyak digunakan pada awal penanganan klinis. Efek kebanyakan obat antihipertensi diperkuat oleh diuretika. Pemantauan yang tekanan darah yang sangat ketat dan status kardiovaskuler penting dilakukan selama penanganan dengan obat ini. Penurunan tekanan darah yang mendadak dapat terjadi dan memerlukan tindakan segera untuk mengembalikan tekanan darah kebatas normal.
Berbagai jenis obat-obatan yang banyak dikonsumsi pasien hipertensi beserta manfaatnya adalah sebagai berikut:
Jenis Obat
Fungsi
Contoh Obat
ACE (Angitensin-converting enzyme) inhibitors






Angiotensin receptor blocker (ARB)






Beta-Blokers








Calcium channel blockers (CCBs)













Alpha-blockers




Alpha-beta blockers






Clonidine






Minoxidil

untuk memperlambat aktivitas dari enzim ACE, yang mengurangi produksi dari angiotensin II
angiotensin II adalah zat kimia yang sangat kuat yang menyebabkan otot-otot yang mengelilingi pembuluh darah untuk berkontraksi, jadi menyempitkan pembuluh



Untuk menghalangi aksi dari angiotensin II. ARB mencegah angiotensin II mengikat pada reseptor angiotensin II pada pembuluh-pembuluh darah




Untuk menghalangi norepinephrine dan epinephrine (adrenaline) mengikat pada reseptor beta pada syaraf






Untuk menghalangi gerakan dari calcium kedalam sel otot dari jantung dan arteri-arteri.
Calcium diperlukan oleh otot ini untuk berkontraksi .










Untuk menurunkan tekanan darah dengan menghalangi reseptor alpha pada otot halus dari arteri peripheral diseluruh jaringan tubuh.

Cara kerja yang sama seperti alpha-blockers dan juga memperlambat denyut jantung, seperti yang dilakukan beta-blockers, sehingga lebih sedikit darah yang dipompa melalui pembuluh-pembuluh dan tekanan darah menurun.

Penghalang-penghalang sistim syaraf bekerja dengan menstimulasi reseptor-reseptor pada syaraf-syaraf di otak yang mengurangi transmisi dari pesan-pesan dari syaraf dalam otak ke syaraf pada lain dari tubuh.

Sebagai vasodilators, yaitu pengendur (relaxants) otot yang bekerja secara langsung pada otot halus dari arteri peripheral diseluruh tubuh, sehingga arteri melebar dan tekanan darah berkurang.

 enalapril (Vasotec)
 captopril (Capoten)
 lisinopril (Zestril and Prinivil)
 benazepril (Lotensin)
 quinapril (Accupril)
 perindopril (Aceon)
 ramipril (Altace)
 trandolapril (Mavik)
 fosinopril (Monopril)
 moexipril (Univasc)

 losartan (Cozaar)
 irbesartan (Avapro)
 valsartan (Diovan)
 candesartan (Atacand)
 olmesartan (Benicar)
 telmisartan (Micardis)
 eprosartan (Teveten)


 atenolol (Tenormin)
 propranolol (Inderal)
 metoprolol (Toprol)
 nadolol (Corgard)
 betaxolol (Kerlone)
 acebutolol (Sectral)
 pindolol (Visken)
 bisoprolol (Zebeta)

 amlodipine (Norvasc)
 sustained release nifedipine  (Procardia XL, Adalat CC)
 felodipine (Plendil)
 nisoldipine (Sular)
 hydrochlorothiazide (Hydrodiuril)
 the loop diuretics furosemide (Lasix) dan torsemide (Demadex)
 kombinasi dari triamterene dan hydrochlorothiazide (Dyazide)
 metolazone (Zaroxolyn)

 terazosin (Hytrin)
 doxazosin (Cardura)



 carvedilol (Coreg)
 labetalol (Normodyne, Trandate)





Clonidine






Minoxidil


E.       Komplikasi
Suatu peningkatan dari tekanan darah sistolik dan/atau diastolik meningkatkan risiko terjadinya penyakit lain pada penderita. Komplikasi hipertensi sering dirujuk sebagai kerusakan akhir organ akibat tekanan darah tinggi kronis. Untuk itu, monitor tekanan darah tinggi sangat penting dilakukan secara rutin dan berkelanjutan sehingga dapat mengupayakan tekanan darah normal dan mencegah komplikasi penyakit ini:
a.       Gangguan jantung (cardiac)
Peningkatan tekanan darah pada arteri diseluruh jaringan tubuhnya, dimana mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah melalui pembuluh darah ini yang mengakibatkan pembesaran otot jantung. Dan ini dapat menjadi suatu pertanda dari gagal jantung, penyakit jantung koroner, dan suatu kelainan irama jantung (cardiac arrhythmias).
b.      Pengerasan dari arteri-arteri (atherosclerosis atau arteriosclerosis)
Peningkatan tekanan darah pada arteri diseluruh jaringan tubuh yang terlalu sering akan membuat arteri menjadi keras
c.       Gangguan ginjal (renal)
Tekanan darah yang tinggi meningkatnya kadar serum kreatinin dapat mengakibatkan kerusakan ginjal. Selain itu adanya protein didalam air seni (proteinuria) merefleksikan kerusakan ginjal.
d.      Kerusakan mata
Peningkatan tekanan darah mengakibatkan penyempitan arteri kecil, kebocoran retina, dan pembengkakkan syaraf mata
e.       Stroke (kerusakan otak)
Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan stroke, yang dapat menjurus pada kerusakkan otak atau syaraf hingga hemorrhage (kebocoran darah/leaking blood) atau suatu gumpalan darah (thrombosis) dari pembuluh darah yang mensupali darah ke otak.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.  Pengkajian
1.      Aktivitas/ Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2.      Sirkulasi
Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.
3.      Integritas Ego
 Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
4.      Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayatpenyakit ginjal pada masa yang lalu).
5.      Makanan/cairan
Gejala: Maanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic
 Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
6.      Neurosensori
Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
7.      Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakitkepala.
8.      Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyinafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
9.      Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.    
B.  Diagnosa Keperawatan
1.      Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
2.      Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
4.      Koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis situsional/maturasional, perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak adekuat.
C.  Intervensi Keperawatan
1.       Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Hasil yang diharapkan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD, mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima, memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
Intervensi keperawatan :
Mandiri:
a.       Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat.
Rasional: perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskular
b.      Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional: Denyutan karotis, jugularis, radialis,dan femoralis mungkin teramati/terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek pada vasokontriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena
c.       Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
Rasional: S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium (peningkatan volume/tekanan atrium). Perkembangan S3 menunjukkan hipertrofi vertikel dan kerusakan fungsi. Adanya krakles, dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.
d.      Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
Rasional: Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkit berkaitan dengan vasokonstriksi atau mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.
e.       Catat edema umum
Rasional: Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskular.
f.       Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
Rasional: Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis; meningkatkan relaksasi.
g.      Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher
Rasional: Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang simpatis
h.      Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
Rasional: Dapat menimbulkan rangsangan yang menimbulkan stres, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah
Kalaborasi.
i.        Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
Rasional: pembatasan ini dapat menangani retensi cairan dengan respon hopertensif, dengan demikian menurunkan beban kerja jantung
j.        Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi, contoh: diuretik tiazid, diuretik loop, diuretik hemat kalium, inhibitor simpatis, vasodilator, bloker nuron adrenergik,
k.      Bloker ganglion, mis., guanetidin (ismelin), trimetapan (arfinad), ACE inhibitor
2.       Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Hasil yang diharapkan : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman
Intervensi keperawatan :
Mandiri:
a.       Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
Rasional: meminimalkan stimulasi relaksasi
b.      Berikan tindakan nonfarmakologis untuk menghilangkan sakit kepala, mis., kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tekhnik relaksasi dan aktivitas waktu senggang
Rasional: tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat/memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
c.       Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, mis., mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk
Rasional: aktivitas yang meningkat vasokonstriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskular serebral.
d.      Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
Rasional: pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Pasien juga mengalami episode hipotensi postural.
e.       Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung
Rasional: meningkatkan kenyamanan umum
Kalaborasi:
f.       Berikan analgesik sesuai indikasi
Rasional: menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf simpatis.
g.      Antiansietas, mis., lorazepam (ativan), diazepam
Rasional: dapat mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan yang diperberat oleh stres
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Tujuan : Aktivitas pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan,melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi:
Mandiri:
a.        Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter: frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatanTD, dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,pusig atau pingsan.
Rasional: Parameter menunjukan respon fisiologis pasienterhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja/ jantung).
b.      Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan/ kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian padaaktivitas dan perawatan diri.
Rasional: Stabilitas fisiologis pada istirahatpenting untuk memajukan tingkat aktivitas individual.
c.       Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri.
Rasional: Konsumsioksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatantiba-tiba pada kerja jantung.
d.      Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.
Rasional: teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
e.       Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.
Rasional: Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas danmencegah kelemahan.
4.      Koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis situsional/maturasional, perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak adekuat.
Hasil yang diharapkan: mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya, menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi
Intervensi:
Mandiri:
a.       Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, mis., kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan
Rasional: mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang, mengatasi HT kronis dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari
b.      Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, kemampuan untuk mengatasi masalah.
Rasional: manifestasi mekanisme koping maladaptif mungkin merupakan indikator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama tekanan darah diastolik.
c.       Bantu pasien untuk mengidentifikasi stresor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya
Rasional: pengenalan terhadap stresor adalah langkah pertama dalam mengubah respons seseorang terhadap stresor.
d.      Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.
Rasional: memperbaiki keterampilan koping, dan dapat meningkatkan kerjasama dalam regimen terapeutik.
e.       Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan seperti “apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan?”
Rasional: fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relatif terhadap pandangan pasien tentang apa yang diinginkan
f.       Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan, ketimbang membatalkan tujuan diri/keluarga.
Rasional: perubahan yang harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.







BAB IV
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Hipertensi merupakan salah satu penyakit system kardiovaskuler yang banyak dijumpai di masyarakat. Hipertensi bukanlah penyakit menular, namun harus senantiasa diwaspadai. Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan arteriosclerosis (pengerasan arteri) adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit kardiovaskuler
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg
B.       Saran
Diharapakan bagi mahasiswa lebih banyak membaca jurnal, buku-buku mengenai hipertensi karena makalah ini hanya sebagian kecil dari beberapa referensi masalah hipertensi. Kemudian bagi pihak kampus, kami harapkan lebih melengkapi referensi  diperpustakan untuk lebih memudahakan dan menyempurnakan dalam mengerjakan tugas.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS